TAJAM BERANI TERPERCAYA

Friday, December 30, 2022

Uju Gustawan, SE Camat Dawuan Menghimbau Kepada Para Ketua DKM melalui Para Kepala Desa Agar Istighosah dan Doa Bersama di Malam Tahun Baru

Harapan Camat Dawuan Uju Gustawan, SE yang di di dampingi Sekcam Dawuan Arif Nurhadi Manggala, S.IP. agar masyarakat se Kecamatan Dawuan Khususnya dan masyarakat Majalengka pada Umumnya

 Foto Camat Dawuan Uju Gustawan, SE

Lintas  Majalengka.

Sesuai dengan himbauan  Bupati Majalengka Dr. H. Karna Sobahi, M.MPd. bahwa malam penggantian tahun baru harus di isi dengan Istighosa dan do'a bersama .

Sesuai dengan surat himbauan Bupati Majalengka Dr. H. Karna Sobahi, M.MPd, yang tertuang pada surat nomor  001 327 87 / Kesra / 2022.

Perihal imbauan Pelaksanaan Istighosah dan  Do'a bersama.

 

Surat yang di tandatangani oleh Bupati Majalengka Dr. H. Karna Sobahi, M.MPd.

Meminta kepada seluruh lapisan masyarakat agar serentak menggelar Do'a bersama.

 

Untuk keselamatan dan keberkahan masyarakat Majalengka.

Pelaksanaannya pada malam tahun baru 2023 Masehi atau pada hari Sabtu tanggal 31 Desember 2022 mulai pukul 19.00 sampai selesai.

 

Harapan Camat Dawuan Uju Gustawan, SE yang di di dampingi Sekcam Dawuan Arif Nurhadi Manggala, S.IP. agar masyarakat se Kecamatan Dawuan Khususnya dan masyarakat Majalengka pada Umumnya.

Agar dapat mengikuti himbauan Bupati Majalengka.

Dari pada acara di isi dengan yang lain lainnya lebih baik berdo'a bersama.

 

Dengan berdo'a bersama diharapkan masyarakat Majalengka mendapatkan  perlindungan dari Allah Subhanahu Wataala.

Dan semua masyarakat Majalengka di jauhkan dari Bencana.

 

Acara malam tahun baru di ubah dengan nuansa Religius.

Agar tiap Desa Masing-masing dapat melaksanakan Istighosah dan do'a bersama.

( Yogi Trs  LM )

 

Share:

RIWAYAT DESA KARANGSAMBUNG KECAMATAN KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA DAN PERKEMBANGANNYA

 Desa Karangsambung merupakan desa tertua di antara tujuh desa di wilayah Kec. Kadipaten. Beberapa desa seperti Desa Liangjulang, Kadipaten (Jatiraga), Babakan Anyar dan Desa Pagandon dahulu berada di bawah pemerintahan Demang Karangsambung.

Nama Karangsambung lebih bernilai historis bila dibanding dengan nama Kadipaten, nilai historis Karangsambung terkait dengan pasukan Mataram yang ngababak-babak hutan lalu menjadi cikal bakal desa ini.
Menurut sumber sejarah, pasukan Mataram membuka lahan hutan menjadi pemukiman akibat rasa takutnya terhadap raja Mataram, Sultan Agung. Raja Mataram mengancam akan membunuh pasukannya jika perang dari Batavia tanpa membawa kemenangan.

 

EDITOR : KI MANUNGGAL RASA

Asal Muasal Nama Karangsambung

 

Desa Karangsambung merupakan desa tertua di antara tujuh desa di wilayah Kec. Kadipaten. Beberapa desa seperti Desa Liangjulang, Kadipaten (Jatiraga), Babakan Anyar dan Desa Pagandon dahulu berada di bawah pemerintahan Demang Karangsambung.

Nama Karangsambung lebih bernilai historis bila dibanding dengan nama Kadipaten, nilai historis Karangsambung terkait dengan pasukan Mataram yang ngababak-babak hutan lalu menjadi cikal bakal desa ini.
Menurut sumber sejarah, pasukan Mataram membuka lahan hutan menjadi pemukiman akibat rasa takutnya terhadap raja Mataram, Sultan Agung. Raja Mataram mengancam akan membunuh pasukannya jika perang dari Batavia tanpa membawa kemenangan.

Menurut historiografi tradisional sekitar abad 15 Sunan Gunung Jati mendapat perintah dari Sultan Demak agar meluaskan syiar Islam ke daerah Jawa Barat. Maka untuk keperluan rencana tersebut maka dipanggilah para pembantu nya yang berjumlah sembilan orang, mereka adalah :

1

Ki Gedeng Curug Landung atau Andanggaru

2

Ki Gedeng Pancuh

3

Ki Gedeng Pakandangan

4

Ki Gedeng Bangodua

5

Ki Gedeng Hanjatan

6

Ki Gedeng Magelung atau Pangeran Soka dari Syiria

7

Ki Gedeng Sawit

8

Ki Gedeng Saparis

9

Ki Gedeng Babadan

Pada saat itu sebagian wilayah sering mengalami sengketa termasuk wilayah Karangsambung (saat itu belum lahir). Adapun daerah sengketa tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1.    Karang Getas, sekarang Blok Ahad yang mana penduduknya adalah memiliki kepandaian berbicara ( diplomasi ).

2.    Karang Sinom, sekarang Blok senen sebelah timur, yang mana penduduknya memeliki keahlian dalam bidang pekerjaan.

3.    Karang Suwung, sekarang Blok Jum’at yang mana penduduk nya memiliki penge mbangan dalam membangun pesantren.

4.    Karang Koletrak, sekarang Blok Saptu yang mana penduduk nya memiliki keahlian dalam berperang.

5.  Karang Pamijan, sekarang Blok Senen yang sejak dulu adalah tempat bermusya warah hingga menjadikan tempat ini sebagai pusat pemerintahan.

 

Kemudian para pembantu Sunan Gunung Jati yang ber jumlah sembilan itu dengan segala cara berhasil menyatukan kelompok-kelompok masyarakat yang selalu bertikai tersebut, maka untuk agar tetap bersatu maka wilayah tersebut disatukan dengan satu nama wilayah maka munculah Karangsambung yang artinya Karang = Perkampungan dan Sambung = Penggabungan. Jadilah sampai sekarang disebut Karang sambung.

 

Untuk menjaga agar syiar Islam terjaga maka dibangun juga sebuah Masjid menurut cerita para orang tua konon Mesjid di Karangsambung sezaman dengan Masjid di Demak, Cirebon dan Banten.

 

Bila mengingat awal Sunan Gunung Jati menyebarkan syiar Islam, tentunya pada abad tersebut banyak dibangun mesjid sebagai tempat beribadah sekaligus pusat syiar Islam dan salah satunya adalah Mesjid Karangsambung di Desa Karangsambung. Setelah warga masyarakat bersatu, maka para pembantu Sunan Gunung Jati membuat tempat ibadah yaitu membuat sebuah Masjid yang sekarang bernama Mesjid Jami Darussalam. Para pembantu Sunan Gunung jati itu diantaranya bernama :

 

Ki Gedeng Pancuh, Ki Gedeng Curug Landung, Ki Gedeng Magelung, Ki Gedeng Babadan, Ki Gedeng Sawit, Ki Gedeng Keked, Ki Gedeng Bango Dua dan Ki Gedeng Hanjatan.

Selain membuat sebuah mesjid para pembantu Sunan Gunung Jati mendidik masyarakat baru tersebut belajar bertani, berdagang dan mengembangkan agama Islam.

 

Untuk melengkapi kegiatan syiar Islam maka di Masjid Jami yang dinamakan Darussalam dibuatlah sebuah kursi agar sang imam bisa berdakwah dengan nyaman.

 

Pada kesempatan itu beberapa utusan Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon, tinggalah di Karangsambung yaitu Ki Gedeng Sawit dan Ki Gedeng Pancuh.

 

Masjid pertama dalam sejarah Islam di daerah ini adalah Masjid Darussalam. Di masjid ini tersimpan juga benda-benda sejarah berupa alat-alat perang pada saat tentara/pasukan mataram bertempur melawan kompeni (V.O.C), antara lain keris dan tombak.

 

Benda-benda ini menjadi benda pusaka yang tidak sembarang orang bisa melihatnya, ada waktu-waktu tertentu untuk bisa melihat benda pusaka ini. Misalnya pada saat bulan Maulid dalam tahun Islam.

 

Di Masjid Darussalam juga terdapat kursi kesaksian. Setiap orang yang sedang dalam perkara, pada jaman dulu harus digiring duduk untuk memberikan sumpah di atas kursi kesaksian tersebut. Jika berbohong maka pantatnya tidak akan bisa lepas dari kursi. menyatu dengan kursi seperti dilem dengan bahan perekat kuat. Jika keterangannya benar, maka ia bisa berdiri dan beranjak seperti biasa.

 

Nama Desa Karangsambung juga memiliki keterikatan dengan Masjid Darussalam. Konon masjid ini dibangun dengan elemen batu karang, termasuk material penyangga mesjid. Komponen tiangnya dibuat dari potongan batu karang, dihubungkan dengan cara menyambung batu karang hingga membentuk tiang. Metode penyambungannya tidak terungkap dengan jelas.

 

Menurut versi lain proses penyambungan batu karang tersebut membuat warga desa itu berdecak kagum hingga tersiar ke beberapa desa lainnya. Istilah Karangsambung pun lahir, menandai desa dengan masjidnya yang khas.

 

Awalnya Karangsambung belum memiliki pemerintahan sendiri sebelum akhirnya berbentuk kademangan hal tersebut dikarenakan makin luasnya wilayah Karangsambung yang diikuti oleh banyaknya penduduk yang berdiam di Karangsambung, Mereka rara-rata adalah petani dan sebagian pedagang pelabuhan antar sungai yang berada di Pasangrahan yang kini menjadi Desa Babakan Anyar.

 

Demikianlah syiar Islam pun berkembang dengan baik, beberapa pesantren dan Mushola. Untuk mushola di Karang sambung sampai saat ini berjumlah 23 Mushola tersebar di 8 Rukun Warga. ( Data Tahun 2016)

 

 

DAFTAR PEMIMPIN PEMERINTAHAN DI KARANGSAMBUNG


Karangsambung pada saat awal pemerintahan berbentuk Kademangan (setingkat dengan Kecamatan karena membawahi beberapa desa) yang diperkirakan abad 16. Para demang ini adalah pemangku Jabatan tertinggi di Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Distrik atau Wedana yang pada saat itu Karangsambung berada di Distrik Jatiwangi, berikut nama-nama demang Karangsambung :

 

1

Demang Djiadi

2

Demang Nalang Taka

3

Demang Wiradjati

4

Demang Nalang Pati

5

Demang Suki

6

Demang Nalang Yuda

7

Demang Warang Bana

8

Demang Balandong (Demg Keked)

9

Demang Maskilah

10

Demang Arpar

11

Demang Narang Bana

12

Demang Djaya Tamuan

13

Demang Narsih

14

Demang Nuandani

15

Demang Widjaya

                

Pada jaman kademangan ada petugas yang khusus menang ani masalah keagamaan seperti kematian, pernikahan dan upacara lainnya seperti syukuran. Adapun nama petugas keagamaan tersebut disebut Ketib, berikut nama Ketib yang namanya terekam dalam ingatan masyarakat yaitu Warga Karya, Embah Suradin, Embah Aliyudin dan Embah Sarimudin. Keempat Ketib ini kini berbaring dengan tenang di pemakaman Cikempar Desa Kadipaten.

 

Selanjutnya ketika  perubahan peraturan Pemerintahan Hindia Belanda yang berlangsung pada akhir abad 18 atau sekitar tahun 1780, bentuk Kademangan di Karangsambung berubah menjadi Desa, pemimpin pemerintahannya disebut Kuwu, dengan Kuwu pertama bernama Wira Brata / Raksa Widadia.berikut nama-nama Kuwu atau Kepala Desa Karang sambung :

 

NO

NAMA KUWU/ KEPALA DESA

MASA MENJABAT

1

Wira Brata / Raksa Widadia

 

 

 

2

Jaya Direja

 

 

 

3

Tasmi

 

 

 

4

Warga Karia

1890

-

1905

5

H.Bratalaksana/HAbdulgani/ H.Gede

1905

-

1907

6

Warga Atmaja / Ki Madrais

1907

-

1935

7

Danakaria / Jakum

1935

-

1939

8

Sabur

1939

-

1940

9

Abas

1940

-

1946

10

Madria A / H. Hasan Mustopa

1946

-

1947

11

Sabur (Tewas ditembak Belanda)

1947

-

1948

12

Rewah (Tewas ditembak Belanda)

1948

-

 

13

Tirta Karia

1950

-

1960

14

Djambil / H. Amdjah

1960

-

1963

15

Dawuh

1963

-

1966

16

Soehari

1966

-

1970

17

O. Mustolik

1970

-

1979

18

Dadang Iskandar

1979

-

1980

19

Achmad As’ari (WD)

1980

-

1982

20

M. Toton Syahrowardi

1982

-

1986

21

Mulyana (WD)

1986

-

1989

22

S. Sunarga (Kartiker)

1989

-

1997

23

Bayong Rostawi

1997

-

2008

24

Hanim

2008

-

2014

25

Dodo Carda

2014

-

2015

26

Suwarman ( Penjabat Sementara)

2015

-

2016

27

Melli Melaty

2016

-

2021

 

 

 UNTUK LEBIH LENGKAP KLIK DIBAWAH INI !

 

RIWAYAT DESA KARANGSAMBUNG  KECAMATAN  KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA DAN PERKEMBANGANNYA

 














































































































Share:

Translate

Arsip

  • 1 (22)
  • 12 (26)