TAJAM BERANI TERPERCAYA

Showing posts with label SEJARAH. Show all posts
Showing posts with label SEJARAH. Show all posts

Friday, January 6, 2023

SEJARAH DESA KARANGANYAR KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN MAJALENGKA


Foto Kantor Kepala Desa Karanganyar Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Jawa Barat

Lintas Majalengka

Desa Karanganyar adalah suatu wilayah Desa di Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka yang terletak pada wilayah kantong Daerah Aliran Sungai Cimanuk disebelah barat dan berbatasan langsung dengan wilayah Desa Sukawana Kecamatan Kertajati, sebelah utara berbatasan dengan Desa Panongan Kecamatan Jatitujuh, sebelah timur berbatasan Desa Salawana Kecamatan Dawuan dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Balida Kecamatan Dawuan dan Desa Pasir Malati Kecamatan Dawuan.Keberadaan Desa Karanganyar atau sebutan lain telah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1837 yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Dawuan dan merupakan desa induk atau bukan desa pamekaran dengan potensi utama dalam bidang petanian yang merupakan mata pencaharian utama penduduk desa, dan pencaharian lainnya dengan jumlah yang cukup kecil.

Menurut catatan dari para tetua desa Setiappenamaan tempat, tidak lepas dari sejarahnya dimasa lalu. Sejarah tersebut baik berupa bukti fisik atau pun hanyalah berupa cerita masyarakat dari mulut ke mulut. Salahsatunnya Sejarah Desa Karanganyar.

Penamaan Desa Karanganyar sedikit tidaknya diklasifikasikan kedalam dua versi :

1.Nama Karanganya berasal dari kata Kalanganyar, “Kalang” yang berasal dari bahasa sunda yang artinya tempat makalangan, yang berarti tempat terjadinya perang.Konon katanya tempat ini merupakan tempat terjadinya perang Bantarjati yang mana ketika itu Bagusrangin dengan gigihnya memimpin pasukannya didalam pemberontakan melawan pasukan belanda. Desa kalangan anyar ini Sebelah Utara berbatasan lansung dengan Desa Siwalan sebelum berubah nama menjadi Desa Panongan berasal dari nama Panoongan/tempat mengintai “noong” karena pada waktu itu sebagian warga Desa Siwalan “noong” terjadinya perang Babad Bantarjati di kalangananyar dan sampai sekarangDesa Siwalan dinamakan Desa Panongan.

2. Nama Karanganyar berasal dari kata Karang dan Anyar, Karang berarti tempat Anyar berarti baru. Yang artinya tempat yang baru. Hal ini disebabkan secara geografis Desa Karanganyar terletak ditepi Sungai Cimanuk. Yangmana Sugai Cimanuk selalu meluap diwaktu musim hujan dan sering terjadi banjir dan menyebabkan pula terjadinya erosi/longsor bagi daerah yang ada di daerah bantaran sungai sehingga dari waktu ke waktu daratan Desa Karanganyar semakin habis terbawa oleh aliran sungai.

Sedangkan kalau kita kaji dari cerita rakyat dari mulut ke mulut diceritakan bahwa pada tahun 1800-an ditempat ini terdapat suatu perguruan silat (seni beladiri) yang dipimpin oleh Bapak Sarinah yang bergelar Ki Garuda Jaya. Menurut sebagian versi Garuda Jaya bersahabat baik dan dekat dengan Ki Bagus Rangin yang merupakan seorang pejabat di Kebagusan Bantarjati yang merupakan bawahan Kesultanan Cirebon

Pada waktu itu didaerah wilayah Cirebon girang pemerintah hindia Belada menerapkan aturan paksa setor upeti higga perampasan dari hasil tatanen/ pertanian Rakyat sehingga Rakyat Pribumi merasa dirugikan dan demi kaadilanRakyatnyapadasuatuwaktuakhirnya Ki Bagus Rangin melakukan pemberontakan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda yang dikenal dengan Perang Bantarjati. Gerakan Pemberontakan Bantarjati memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga Pemerintah Belanda sangat begitu sulit untuk mengatasinya.

Alhasil selanjutnya Pemerintahan Hindia Belanda mengadakan suatu sayembara barang siapa yang bisa menangkap Bagus Rangin hidup atau mati, dengan imbalan akan diberikan hadiah yang sangat berharga dari Pemerintahan Hindia Belanda. Kemudian sayembara tersebut sampai ketelinga Ki Bagus Rangin yang sedang bersembunyi dengan melakukan taktik perang gerilyanya.

Singkat cerita Bagus Rangin mengirimkan surat kepada Garuda Jaya yang isinya tiada lain, Bagus Rangin ingin menyerahkandiri pada Pemerintahan Hindia Belanda asalkan ditemani oleh Garuda Jaya. Akan tetapi ditengah perjalanan utusan Bagus Rangin yang mengendarai kuda dihalangi oleh sekelompok orang dan terjadilah perkelahian. Demi untuk menghindari korban jiwa akhirnya utusan Bagus Rangin melarikan diri tetapi Kuda-kuda mereka tidak bisa terselamatkan dan mati terbunuh, sehingga daerah pesawahan pinggir Sungai Cimanuk tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama daerah Kuda Mati.

Setelah utusan Bagus Rangin berhasil melarikan diri, menghadap dan melaporkan kejadian yang mereka alami kepada Ki Bagus Rangin dan akhirnya Bagus Rangin merasa kaget dan berfikir tentang cara lain untuk bertemu Garuda Jaya yang merupakan sahabat lamanya.

Pada suatu malam akhirnya Bagus Rangin berhasil mendatangi Garuda Jaya langsung kerumahnya dengan membawa Buntelan (Bungkusan). Setelah berbicara lama Bagus Rangin mengajak Garuda Jaya untuk mau mendampingi Bagus Rangin  menyerahkan diri kepada Pemerintahan Hindia Belanda. Tetapi Garuda Jaya menolaknya dengan alasan Garuda Jaya tetap mendukung perjuangan Bagus Rangin dan Garuda Jaya tidak rela melihat langsung sahabatnya sendiri ditangkap ataupun dibunuh oleh para Penjajah (Pemerintahan Hindia Belanda) didepan kedua matanya.

Melihat perlakuan Garuda Jaya yang langsung menolak permintaan Bagus Rangin tersebut, akhirnya Bagus Rangin memberikan Buntelan yang dibawanya kepada Garuda Jaya. Dan kemudian Bagus Rangin Menyuruh Garuda Jaya harus mau menyerahkan buntelan tersebut kepada Pemerintahan Hindia Belanda. Ketika Garuda Jaya Bertanya apa yang ada dalam buntelan tersebut, Bagus Rangin berkata bahwa Garuda Jaya jangan banyak bicara dan bertanya ataupun membuka buntelan tersebut, kalau dia masih ingin dianggap sahabat baiknya.

Keesokan harinya dengan berat hati Garuda Jaya membawa buntelan tersebut pergi menuju Markas Pasukan Pemerintahan Hindia Belanda dan memberikan buntelan tersebut kepada Pimpinan Pasukan Pemerintahan Hindia Belanda dan alangkah kagetnya bagi semua pihak dari pihak Pemerintahan Hindia Belanda ataupun Garuda Jaya Melihat isi buntelan tersebut ketika dibuka, ternyata isi buntelan tersebut berisikan kepala Bagus Rangin yang sudah dalam keadaan terpenggal.

Kejadian tersebut merupakan kejutan yang tidak terduga bagi pihak Pemerintahan Hindia Belanda, dan semua pihak Pemerintahan Hindia Belanda bersorak gembira dan menyanjung tindakan Garuda Jaya yang telah berjasa besar bagi Pemerintaha Hindia Belanda dan dianggap sebagai pahlawan bagi Pemerintahan Hindia Belanda yang berhasil menumpas pemberontakan yang mengancam dan membahayakan Pemerintahan Hindia Belanda. Dan sesuai dengan janji pada sayembara akhirnya Pemerintahan Hindia Belanda memberikan hadiah yang sangat berharga kepada Garuda Jaya dan mengangkat Garuda Jaya sebagai Kuwu (Kepala Desa) pertama didesa Kalanganyar yang sekarang dikenal dengan Desa Karanganyar (Tahun 1837).

Sedangkan dipihak Garuda Jaya sediri, kejadian itu dianggap kejadian yang menyedihkan dikarenakan cita-cita perjuangan dianggap lenyap dikarenakan hilangnya Bagus Rangin entah kemana, walaupun secara kasat mata menurut penglihatan Pemerintahan Hindia Belanda Bagus Rangin telah mati dengan kepala terpenggal oleh Garuda Jaya.

Meskipun pengangkatan Garuda Jaya merupakan hadiah dari Pemerintahan Hindia Belanda, tetapi masyarakat Karanganyar tetap mendukung penuh Garuda Jaya menjadi seorang pemimpin. Garuda Jaya merupakan sosok yang kharismatik, berwibawa, dan penuh dengan keteladanan. Sehingga sampai sekarangini dikenal sebagai Kuwu yang pertama dan memiliki jabatan yang paling lama sekitar 25 tahun (1837 - 1862).

Sejak keberadaan desa dari tahun 1837 hingga saat ini, Desa Karanganyar telah dipimpin oleh beberapa orang Kuwu atau Kepala Desa atau sebutan lainnya dimasa penjajahan dengan masa priode kepemimpinan yang bervariasi, diantaranya.

 

H. Miri Damiri Kades Karanganyar Dawuan Majalengka

 NAMA-NAMA KUWU/ KEPALA DESA KARANGANYAR 

DARI SEJAK AWAL SAMPAI SEKARANG

No.

NAMA

PERIODE

KET

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

GARUDA JAYA

BALOK

KALIPAN

SARWIEUM

ARSITEM

RASTI

IYAN

RABAN

H. HUSEN

H. ISHAK

MAKSUS

AHYAR

AMSOR

ABDUL HAMID

ADIA MINARTA

H. EYO FAOJUDIN

ADIA MINARTA

CASITA

CASITA

H. MIRI DAMIRI

1837 – 1862

1863 – 1870

1871 – 1879

1880 – 1884

1885 – 1890

1891 – 1895

1896 – 1906

1907 – 1924

1925 – 1933

1934 – 1944

1945 – 1951

1952 – 1956

1957 – 1969

1970 – 1979

1980 – 1989

1989 – 1997

1998 – 2008

2008 – 2015

2015 –2021

2021– Sekarang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share:

Friday, December 30, 2022

RIWAYAT DESA KARANGSAMBUNG KECAMATAN KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA DAN PERKEMBANGANNYA

 Desa Karangsambung merupakan desa tertua di antara tujuh desa di wilayah Kec. Kadipaten. Beberapa desa seperti Desa Liangjulang, Kadipaten (Jatiraga), Babakan Anyar dan Desa Pagandon dahulu berada di bawah pemerintahan Demang Karangsambung.

Nama Karangsambung lebih bernilai historis bila dibanding dengan nama Kadipaten, nilai historis Karangsambung terkait dengan pasukan Mataram yang ngababak-babak hutan lalu menjadi cikal bakal desa ini.
Menurut sumber sejarah, pasukan Mataram membuka lahan hutan menjadi pemukiman akibat rasa takutnya terhadap raja Mataram, Sultan Agung. Raja Mataram mengancam akan membunuh pasukannya jika perang dari Batavia tanpa membawa kemenangan.

 

EDITOR : KI MANUNGGAL RASA

Asal Muasal Nama Karangsambung

 

Desa Karangsambung merupakan desa tertua di antara tujuh desa di wilayah Kec. Kadipaten. Beberapa desa seperti Desa Liangjulang, Kadipaten (Jatiraga), Babakan Anyar dan Desa Pagandon dahulu berada di bawah pemerintahan Demang Karangsambung.

Nama Karangsambung lebih bernilai historis bila dibanding dengan nama Kadipaten, nilai historis Karangsambung terkait dengan pasukan Mataram yang ngababak-babak hutan lalu menjadi cikal bakal desa ini.
Menurut sumber sejarah, pasukan Mataram membuka lahan hutan menjadi pemukiman akibat rasa takutnya terhadap raja Mataram, Sultan Agung. Raja Mataram mengancam akan membunuh pasukannya jika perang dari Batavia tanpa membawa kemenangan.

Menurut historiografi tradisional sekitar abad 15 Sunan Gunung Jati mendapat perintah dari Sultan Demak agar meluaskan syiar Islam ke daerah Jawa Barat. Maka untuk keperluan rencana tersebut maka dipanggilah para pembantu nya yang berjumlah sembilan orang, mereka adalah :

1

Ki Gedeng Curug Landung atau Andanggaru

2

Ki Gedeng Pancuh

3

Ki Gedeng Pakandangan

4

Ki Gedeng Bangodua

5

Ki Gedeng Hanjatan

6

Ki Gedeng Magelung atau Pangeran Soka dari Syiria

7

Ki Gedeng Sawit

8

Ki Gedeng Saparis

9

Ki Gedeng Babadan

Pada saat itu sebagian wilayah sering mengalami sengketa termasuk wilayah Karangsambung (saat itu belum lahir). Adapun daerah sengketa tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1.    Karang Getas, sekarang Blok Ahad yang mana penduduknya adalah memiliki kepandaian berbicara ( diplomasi ).

2.    Karang Sinom, sekarang Blok senen sebelah timur, yang mana penduduknya memeliki keahlian dalam bidang pekerjaan.

3.    Karang Suwung, sekarang Blok Jum’at yang mana penduduk nya memiliki penge mbangan dalam membangun pesantren.

4.    Karang Koletrak, sekarang Blok Saptu yang mana penduduk nya memiliki keahlian dalam berperang.

5.  Karang Pamijan, sekarang Blok Senen yang sejak dulu adalah tempat bermusya warah hingga menjadikan tempat ini sebagai pusat pemerintahan.

 

Kemudian para pembantu Sunan Gunung Jati yang ber jumlah sembilan itu dengan segala cara berhasil menyatukan kelompok-kelompok masyarakat yang selalu bertikai tersebut, maka untuk agar tetap bersatu maka wilayah tersebut disatukan dengan satu nama wilayah maka munculah Karangsambung yang artinya Karang = Perkampungan dan Sambung = Penggabungan. Jadilah sampai sekarang disebut Karang sambung.

 

Untuk menjaga agar syiar Islam terjaga maka dibangun juga sebuah Masjid menurut cerita para orang tua konon Mesjid di Karangsambung sezaman dengan Masjid di Demak, Cirebon dan Banten.

 

Bila mengingat awal Sunan Gunung Jati menyebarkan syiar Islam, tentunya pada abad tersebut banyak dibangun mesjid sebagai tempat beribadah sekaligus pusat syiar Islam dan salah satunya adalah Mesjid Karangsambung di Desa Karangsambung. Setelah warga masyarakat bersatu, maka para pembantu Sunan Gunung Jati membuat tempat ibadah yaitu membuat sebuah Masjid yang sekarang bernama Mesjid Jami Darussalam. Para pembantu Sunan Gunung jati itu diantaranya bernama :

 

Ki Gedeng Pancuh, Ki Gedeng Curug Landung, Ki Gedeng Magelung, Ki Gedeng Babadan, Ki Gedeng Sawit, Ki Gedeng Keked, Ki Gedeng Bango Dua dan Ki Gedeng Hanjatan.

Selain membuat sebuah mesjid para pembantu Sunan Gunung Jati mendidik masyarakat baru tersebut belajar bertani, berdagang dan mengembangkan agama Islam.

 

Untuk melengkapi kegiatan syiar Islam maka di Masjid Jami yang dinamakan Darussalam dibuatlah sebuah kursi agar sang imam bisa berdakwah dengan nyaman.

 

Pada kesempatan itu beberapa utusan Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon, tinggalah di Karangsambung yaitu Ki Gedeng Sawit dan Ki Gedeng Pancuh.

 

Masjid pertama dalam sejarah Islam di daerah ini adalah Masjid Darussalam. Di masjid ini tersimpan juga benda-benda sejarah berupa alat-alat perang pada saat tentara/pasukan mataram bertempur melawan kompeni (V.O.C), antara lain keris dan tombak.

 

Benda-benda ini menjadi benda pusaka yang tidak sembarang orang bisa melihatnya, ada waktu-waktu tertentu untuk bisa melihat benda pusaka ini. Misalnya pada saat bulan Maulid dalam tahun Islam.

 

Di Masjid Darussalam juga terdapat kursi kesaksian. Setiap orang yang sedang dalam perkara, pada jaman dulu harus digiring duduk untuk memberikan sumpah di atas kursi kesaksian tersebut. Jika berbohong maka pantatnya tidak akan bisa lepas dari kursi. menyatu dengan kursi seperti dilem dengan bahan perekat kuat. Jika keterangannya benar, maka ia bisa berdiri dan beranjak seperti biasa.

 

Nama Desa Karangsambung juga memiliki keterikatan dengan Masjid Darussalam. Konon masjid ini dibangun dengan elemen batu karang, termasuk material penyangga mesjid. Komponen tiangnya dibuat dari potongan batu karang, dihubungkan dengan cara menyambung batu karang hingga membentuk tiang. Metode penyambungannya tidak terungkap dengan jelas.

 

Menurut versi lain proses penyambungan batu karang tersebut membuat warga desa itu berdecak kagum hingga tersiar ke beberapa desa lainnya. Istilah Karangsambung pun lahir, menandai desa dengan masjidnya yang khas.

 

Awalnya Karangsambung belum memiliki pemerintahan sendiri sebelum akhirnya berbentuk kademangan hal tersebut dikarenakan makin luasnya wilayah Karangsambung yang diikuti oleh banyaknya penduduk yang berdiam di Karangsambung, Mereka rara-rata adalah petani dan sebagian pedagang pelabuhan antar sungai yang berada di Pasangrahan yang kini menjadi Desa Babakan Anyar.

 

Demikianlah syiar Islam pun berkembang dengan baik, beberapa pesantren dan Mushola. Untuk mushola di Karang sambung sampai saat ini berjumlah 23 Mushola tersebar di 8 Rukun Warga. ( Data Tahun 2016)

 

 

DAFTAR PEMIMPIN PEMERINTAHAN DI KARANGSAMBUNG


Karangsambung pada saat awal pemerintahan berbentuk Kademangan (setingkat dengan Kecamatan karena membawahi beberapa desa) yang diperkirakan abad 16. Para demang ini adalah pemangku Jabatan tertinggi di Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Distrik atau Wedana yang pada saat itu Karangsambung berada di Distrik Jatiwangi, berikut nama-nama demang Karangsambung :

 

1

Demang Djiadi

2

Demang Nalang Taka

3

Demang Wiradjati

4

Demang Nalang Pati

5

Demang Suki

6

Demang Nalang Yuda

7

Demang Warang Bana

8

Demang Balandong (Demg Keked)

9

Demang Maskilah

10

Demang Arpar

11

Demang Narang Bana

12

Demang Djaya Tamuan

13

Demang Narsih

14

Demang Nuandani

15

Demang Widjaya

                

Pada jaman kademangan ada petugas yang khusus menang ani masalah keagamaan seperti kematian, pernikahan dan upacara lainnya seperti syukuran. Adapun nama petugas keagamaan tersebut disebut Ketib, berikut nama Ketib yang namanya terekam dalam ingatan masyarakat yaitu Warga Karya, Embah Suradin, Embah Aliyudin dan Embah Sarimudin. Keempat Ketib ini kini berbaring dengan tenang di pemakaman Cikempar Desa Kadipaten.

 

Selanjutnya ketika  perubahan peraturan Pemerintahan Hindia Belanda yang berlangsung pada akhir abad 18 atau sekitar tahun 1780, bentuk Kademangan di Karangsambung berubah menjadi Desa, pemimpin pemerintahannya disebut Kuwu, dengan Kuwu pertama bernama Wira Brata / Raksa Widadia.berikut nama-nama Kuwu atau Kepala Desa Karang sambung :

 

NO

NAMA KUWU/ KEPALA DESA

MASA MENJABAT

1

Wira Brata / Raksa Widadia

 

 

 

2

Jaya Direja

 

 

 

3

Tasmi

 

 

 

4

Warga Karia

1890

-

1905

5

H.Bratalaksana/HAbdulgani/ H.Gede

1905

-

1907

6

Warga Atmaja / Ki Madrais

1907

-

1935

7

Danakaria / Jakum

1935

-

1939

8

Sabur

1939

-

1940

9

Abas

1940

-

1946

10

Madria A / H. Hasan Mustopa

1946

-

1947

11

Sabur (Tewas ditembak Belanda)

1947

-

1948

12

Rewah (Tewas ditembak Belanda)

1948

-

 

13

Tirta Karia

1950

-

1960

14

Djambil / H. Amdjah

1960

-

1963

15

Dawuh

1963

-

1966

16

Soehari

1966

-

1970

17

O. Mustolik

1970

-

1979

18

Dadang Iskandar

1979

-

1980

19

Achmad As’ari (WD)

1980

-

1982

20

M. Toton Syahrowardi

1982

-

1986

21

Mulyana (WD)

1986

-

1989

22

S. Sunarga (Kartiker)

1989

-

1997

23

Bayong Rostawi

1997

-

2008

24

Hanim

2008

-

2014

25

Dodo Carda

2014

-

2015

26

Suwarman ( Penjabat Sementara)

2015

-

2016

27

Melli Melaty

2016

-

2021

 

 

 UNTUK LEBIH LENGKAP KLIK DIBAWAH INI !

 

RIWAYAT DESA KARANGSAMBUNG  KECAMATAN  KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA DAN PERKEMBANGANNYA

 














































































































Share:

Translate

Arsip

  • 1 (22)
  • 12 (26)